Hendri Prasetyo

Jumat, 25 Desember 2015

On 22.31 by Unknown   No comments


Pro Evolution Soccer dan FIFA, kedua seri ini sudah “saling melengkapi” semenjak saya masih duduk di Sekolah Dasar. Waktu itu, FIFA 98: Road to World Cup menjadi game sepak bola dengan grafis 3D pertama yang saya mainkan, sepaket dengan PC bekas yang ayah saya beli.
FIFA pun menjadi game sepak bola idola saya. Masih teringat saat saya membeli FIFA 2000 untuk PlayStation, menambah koleksi game keluaran EA Sports seperti NBA yang juga saya gandrungi saat itu. Rasanya tidak ada game sepak bola lain di dunia ini yang sekeren FIFA, hingga teman-teman saya mengenalkan dia…
Winning Eleven saat itu saya lihat sebagai game yang inferior dibandingkan FIFA, setidaknya untuk kesan pertama. Grafis yang dihadirkan kalah dibandingkan dengan FIFA yang saat itu pemainnya terlihat lebih realistis dan besar. Winning Eleven masih menghadirkan pemain yang terlihat kotak-kotak.

FIFA 16
Tetapi, setelah mencobanya, saya pun menelan ludah sendiri dan menyukai Winning Eleven dibandingkan FIFA. Sebabnya? Gameplay yang lebih seru dan tentunya pengaruh lingkungan.
Belasan tahun kemudian, Winning Eleven dan lanjutannya Pro Evolution Soccer (PES) terus berjaya (setidaknya di hati saya). Namun, beberapa tahun belakangan harus diakui FIFA mendominasi baik dari segi grafis, gameplay, hingga fitur-fitur lainnya, walaupun tahun lalu keduanya cukup seimbang. YahFIFA sedikit di atas lah.
Lalu siapakah yang berhasil menarik hati saya pada edisi kali ini? Apakah PES 2016 dengan Fox Engine yang mampu menghasilkan game spionase canggih seperti Metal Gear Solid V: The Phantom Pain? Ataukah FIFA 16 yang memiliki segudang lisensi eksklusif dan juga update konten yang selalu terkini? Inilah penilaian saya.

Permainan Taktis Defensif Melawan Dinamis Atraktif



Saat saya memainkan kedua game ini, terasa betul perbedaan gaya permainan yang dirasakan. Ketika saya bermain FIFA 16, sulit sekali rasanya untuk mencetak gol. Hal ini sebenarnya juga saya rasakan ketika memainkan FIFA 15 lalu.
Dua faktor yang menurut saya paling menentukan yaitu kesigapan kiper dan kesulitan membuat tembakan bagus di FIFA 16. Untuk melakukan tembakan ke gawang, di sini kamu harus menahan tombol tembakan cukup lama dan mengarahkannya dengan benar.
Terlalu sebentar, maka bola terlalu lemah dan dengan mudah diambil kiper. Mengarahkan terlalu “bersemangat” (terkadang saya cukup geregetan menekan tombol arah), maka bola akan melebar. Butuh waktu yang cukup lama agar gauge power tembakan cukup penuh sebelum akhirnya diambil atau diblok lawan.
Berbeda dengan PES 2016, ketika kamu sudah berada pada posisi bagus di depan gawang, maka hampir pasti kamu akan mencetak gol (kecuali kamu panik). Di sini justru gauge power tembakan sangat cepat terisi dan jika kamu terlalu lama menekan tombolnya, bola akan melayang ke atas atau melebar.
FIFA 16

Kiper pun rasanya tidak terlalu sigap dalam menghalau tembakan jika dibandingkan dengan PES 2015. Bahkan di posisi yang rasanya sudah saya jaga dengan baik pun lawan masih bisa mencetak gol. Mungkin Konami ingin membuat pemainnya mencetak gol lebih banyak, atau melakukan pertahanan lebih baik.
Dari segi pergerakan pemain, kedua game memiliki kualitas yang setara. PES 2016 dan FIFA 16memiliki physics engine yang sangat baik dan realistis, walaupun dengan gaya yang berbeda. Meskipun setara, kredit mesti lebih diberikan kepada PES, karena peningkatan yang terasa lebih signifikan dibandingkan FIFA.
Perubahan yang signifikan dari FIFA 16 adalah adanya fitur driven ground pass untuk melakukan operan datar dengan cepat. Operan ini memungkinkan pemain membangun serangan lebih cepat dan mematikan, terutama dari serangan balik.
Siapa yang menang di aspek gameplayVideo game sepak bola adalah sebuah simulasi yang berdurasi lebih pendek dari permainan sembilan puluh menit pada sepak bola asli. Dengan waktu yang lebih terbatas, tentunya ada hal yang harus disesuaikan agar pemain bisa menikmatinya.
PES 2016

FIFA 16 saya rasa dibuat terlalu realistis sehingga justru membuat pemain, layaknya olahraga aslinya, kesulitan untuk mencetak gol hanya dalam waktu belasan menit. Hasilnya? Permainan terasa membosankan dan terkadang membuat frustrasi.
PES 2016 sendiri membuat game menjadi lebih simpel dan penuh aksi, layaknya menonton highlight pertandingan sepak bola. Karena ini, saya memenangkan PES 2016 untuk aspek gameplay.
Oh iya, honorable mention harus saya berikan kepada fitur sepak bola wanita di FIFA 16 yang justru memiliki gameplay yang lebih saya nikmati dibandingkan versi prianya. Sayang, kamu hanya bisa menikmatinya di pertandingan persahabatan dan turnamen kecil.

PES MyClub dan FIFA Ultimate Team, Serasa Bermain Game Mobile

FIFA 16

PES 2016


Dilihat dari apa yang mereka promosikan, tampaknya PES 2016 dan FIFA 16 menjagokan masing-masing fitur ini. PES MyClub dan FIFA Ultimate Team adalah sebuah mode game di mana kamu akan membuat tim terbaik.
Lucunya, ketika saya memainkan kedua mode ini, saya merasa seperti memainkan game mobile, terutama dengan fitur cara mendapatkan pemain yang seperti mesin undian. Apalagi dengan adanya dua jenis mata uang yang tersedia.
Kesan realistis malah menjadi semakin jauh di sini dan saya pun tidak perlu waktu lama untuk keluar dari kedua mode ini. Lebih baik memainkan Career Mode (FIFA 16) atau Master League (PES 2016) saja sekalian daripada main di mode ini.
Tidak ada yang menang di sini tentunya.

Pengalaman Online yang Berbeda walaupun Koneksi Sama

PES 2016

FIFA 16

Ketika bermain onlinePES 2016 dan FIFA 16 memberikan perbedaan kecil namun sangat signifikan. Ya, perbedaan kecil itu ada dalam bentuk mili sekon yang sangat mempengaruhi pengalaman bermain.
Setelah dua sampai tiga kali bermain mode online, saya dapat menyimpulkan bahwa FIFA 16 memiliki koneksi yang lebih stabil daripada PES 2016. Untuk urusan server, EA bisa dibilang lebih unggul daripada Konami.
Saya sering mengalami respons kontrol yang sangat terlambat di PES 2016, membuat saya tidak bisa bermain dengan cepat. Gerakan saya pun menjadi terbaca dengan mudah oleh lawan, begitu juga pertahanan yang sering kacau balau.
Jadi, untuk permainan onlineFIFA 16 adalah pemenangnya.

Fitur Tambahan, Gimmick, dan Lainnya

FIFA 16

PES 2016

Sudah jelas, PES secara umum sangat kalah dari segi lisensi ketimbang FIFA. Hal ini sudah menjadi hal yang ditemukan sejak pertama kali PES muncul. Yang membuatnya populer adalah kemampuan para modder yang mengutak-atiknya di zaman Winning Eleven dulu dan kini PES versi PC yang memiliki banyak patch.
Di console, tidak banyak yang bisa kamu lakukan selain mengeditnya sendiri. Pekerjaan rumah yang melelahkan dan hanya saya lakukan terhadap tim favorit saya saja, itu pun sekadar mengganti namanya.
Di lain pihak, EA bak diva melenggang dengan berbagai lisensi eksklusif dari FIFA. Semua, sekali lagi, semua klub yang ada di liga seluruh dunia mungkin bisa saja dimasukkan oleh EA jika ia mau. Mereka juga memiliki fitur update otomatis yang akan mengubah susunan pemain sesuai transfer atau bahkan formasi di pertandingan terakhir.
Secara pencatatan statistik, FIFA 16 juga tampak lebih mendetail. Di Career Mode individu (ekuivalen dengan Become A Legend di PES 2016) contohnya, kamu akan ditantang untuk melakukan berbagai kegiatan mendetail di setiap pertandingan, seperti key pass (operan penting), tembakan ke arah gawang, dan sebagainya. Indikator kamu bermain bagus pun lebih jelas, walaupun sebenarnya saya lebih betah bermain Become A Legend di PES 2016 karena kembali lagi ke gameplay.
Untuk kategori ini, fan PES pastinya tidak akan pernah puas dan cemburu akan fasilitas yang dimiliki FIFA. Dan hingga ada kejadian drastis yang mengubah kekuatan lisensi milik EA, pemenang sudah jelas selalu ada di pihak FIFA.

Kesimpulan: Kamu Mau Serius atau Fun?

FIFA 16

Bagi kamu yang mendewakan lisensi, update pemain yang aktual, serta simulasi sepak bola yang lebih realistis, maka FIFA 16 jelas akan menjadi pilihan kamu. Akan tetapi, kamu harus rela frustrasi akan kerasnya kehidupan sepak bola di sini. Skor kaca mata 0-0 atau miskinnya gol akan menjadi makanan sehari-hari (kecuali kamu sangat jago tentunya).

PES 2016 di lain pihak membawa keindahan di permainan yang memang seharusnya indah ini. Sebagaimana Winning Eleven kita nikmati dulu, yaitu dimainkan bersama teman-teman, di sinilah PES 2016 berjaya. Rekan-rekan Tech In Asia yang memainkan PES 2016 bersama saya pun mengakui bahwa PES 2016 lebih seru untuk dimainkan bersama.

Saya tidak mengatakan bahwa PES 2016 tidak bisa dinikmati jika dimainkan sendiri. Contohnya adalah mode Become A Legend yang mampu membuat saya tidur larut selama dua hari berturut-turut di hari kerja.

PES 2016

PES 2016 bagi saya memenuhi tujuan sebuah video game olahraga dibuat, yaitu membuat pemainnya bisa menjadi bintang. Hal yang tidak sulit dicapai di dunia nyata. FIFA 16 tentunya akan tetap menjadi pilihan bagi fans beratnya, namun PES 2016 hadir sebagai penyegar untuk para pemain netral dan membuat penggemar setianya merasa seperti “kembali ke habitatnya”.

0 komentar:

Posting Komentar